Monday, June 27, 2011

PERKAWINAN DI DALAM ISLAM


Agama Islam tidak menganggap perkawinan itu hanya untuk memenuhi tuntutan hawa nafsu saja tetapi sebagai satu ikatan yang luas yang merangkumi berbagai tanggung jawab dan tugas. Ini adalah karena mengikut agama yang diwahyukan, wanita itu bukan barang mainan kaum lelaki tetapi mereka adalah ciptaan yang mempunyai moral dan rohani yang diamanahkan kepada kaum lelaki melalui perjanjian luhur (melalui ikatan perkawinan yang sah) dimana Allah SWT adalah sebagai saksi untuknya. Oleh itu pihak istri bukan saja memberi kenikmatan seksual dan perasaan kepada pihak suami, bahkan mereka bertanggung jawab untuk bekerja sama dengan suami masing-masing didalam membina kehidupan berumah tangga dan akhirnya supaya seluruh unsur kemanusiaan itu menjadi bermakna.

Al’Quran didalam berbagai-bagai ayat memberitahu mengenai maksud-maksud perkawinan. Allah SWT berfirman maksudnya : Dan diantara tanda-tanda kekuasaannya ialah dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya dan dijadikannya diantaramu rasa kasih dan sayang dan sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (Ar-Ruum 21).

Di dalam ayat tersebut dinyatakan bahwa kaum wanita tidaklah lebih rendah kedudukannya dari kaum lelaki dengan alasan bahwa kaum lelaki itu dijadikan dari unsure yang lebih kuat dan wanita itu dari tulang rusuk yang bengkok. Kaum lelaki dan wanita adalah sama, bahwa mereka adalah anak cucu Adam dan mempunyai jiwa dan roh.

Maksud perkawinan menurut Al’Quran adalah yang demikian itu bertujuan untuk menyatukan kedua jiwanya sebagaimana firman Allah SWT yang maksudnya : Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya dia menciptakan istrinya agar dia merasa senang kepadanya (Al-A’raaf 189).

Merasa senang membawa arti yang lebih luas daripada kepuasan nafsu seks semata-mata. Tidaklah berlebihan dikatakan bahwa seluruh ikatan perkawinan didalam Islam dibentengi oleh nilai-nilai kerohanian dan moral. Melalui ikatan perkawinan yang sah pasangan tersebut dirapatkan secara fizikal, mental dan emosi didalam suasana yang dihangatkan oleh ketakwaan.

Anas r.a. meriwayatkan beberapa orang sahabat Rasulullah SAW telah bertanya kepada istri-istri Baginda SAW mengenai amalan beliau semasa berseorangan diri. Seorang dari sahabat tersebut berkata : Aku tidak akan berkawin. Seorang lagi berkata : Aku tidak akan makan daging. Seorang yang lain pula berkata : Aku tidak akan berbaring dari tempat tidur. Rasulullah SAW telah bersabda maksudnya : Apakah yang terjadi dengan mereka ini yang berkata ini dan itu, sedangkan aku bersolat dan tidur juga. Aku berpuasa dan berbuka. Aku mengahwini wanita juga. Barang siapa yang berpaling dari sunnahku maka dia tidak mempunyai perhubungan denganku (Muslim).

Hadis ini memberikan intipati kehidupan ideal menurut apa yang digariskan oleh Islam. Menurut Islam, kehidupan bukanlah seumpama sebuah penjara yang terasing ataupun kubur yang gelap gulita dan tidak juga seperti lapangan pemburuan, dimana seorang pemburu itu bebas berburu mengikut kesukaannya. Kehidupan ini adalah sangat bermakna dengan syarat seseorang itu hendaklah melayari bahtera kehidupannya didalam lingkungan batasan-batasan moral. Oleh itu kehidupan ideal di dalam Islam tiada tempat untuk mengasingkan kehendak-kehendak naluri yang semula jadi. Pendekatan Islam adalah sesungguhnya kehidupan itu bukanlah negatif didalam arti kata lain menolak segala kesenangan dan kemewahan dan hidup didalam kefakiran tetapi zuhud yang sebenarnya adalah berumah tangga sementara kehidupan dunia dan segala kemewahannya tidak kekal dan tidak bertapak dihatinya.

Perkawinan mempunyai peranan penting didalam kehidupan manusia dan mengabaikan perkawinan adalah digambarkan memberi kesan-kesan buruk seperti berikut ini :

  • Bertambahnya perhubungan seks yang dilakukan sebelum perkawinan
  • Fungsi penjagaan keluarga telah diserahkan kepada persatuan-persatuan sosial
  • Rekreasi keluarga telah berpindah kepada pertunjukan, permainan dan T.V.
  • Keluarga tidak lagi berperan sebagai perlindungan untuk orang-orang tua dikalangan mereka.

Perkawinan adalah salah satu sunnah Rasulullah SAW yang mulia dan tidak boleh ditolak tanpa sebarang alasan yang sah. Abu Hurairah r.a. telah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW telah bersabda maksudnya : Tiga golongan manusia yang menjadi hak Allah SWT untuk menolongnya yaitu Tuan yang membenarkan hambanya membebaskan dirinya dengan bayaran tertentu; Seorang yang ingin berkawin demi untuk menjalani kehidupan yang murni dan Seorang yang berjuang dijalan Allah SWT (At-Tarmidzi, An-Nasaaei dan Ibnu Majah).

No comments: