Wednesday, December 1, 2010

NIKMAT ALLAH TIDAK TERHINGGA


Nikmat yang dikaruniakan Allah kepada manusia tidak terhitung banyaknya. Jumlahnya tidak dapat disukat dan ditimbang.

Ia jelas dinyatakan oleh Allah dalam firman-Nya bermaksud : “Dan sekiranya kamu menghitung nikmat Allah, niscaya tidak dapat menghitungnya. Sesungguhnya Tuhan itu Maha Pengampun dan Maha Penyayang.” (Surah an-Nahl, ayat 18).

Meneliti kejadian dan kurniaan anggota badan utama pada tubuh manusia seperti kaki, tangan, perut, mulut, telinga, hidung dan mata, sudah cukup untuk kita membuat kesimpulan betapa berkuasa, agung dan murahnya Allah.

Malah, betapa lemah dan tidak berdaya manusia yang menghuni alam yang fana ini.

Anggota badan dijadikan Allah dengan rapi dan lengkap serta bergerak dan berfungsi serentak pada waktu sama. Sambil melihat, kita dapat bercakap, mendengar, menghidu dan berjalan.

Imam Al Ghazali mendefinisikan nikmat itu sebagai setiap kebaikan, kelazatan dan kebahagiaan serta setiap kebahagiaan hidup “ukhrawi” – hari akhirat kekal abadi.

Secara umumnya, nikmat karuniaan Allah kepada setiap orang manusia dapat dibahagikan kepada dua yaitu :

· Nikmat bersifat “fitri” atau asasi yaitu nikmat yang dibawa manusia ketika dilahirkan.

· Nikmat mendatang yaitu nikmat yang diterima dan dirasakan sewaktu-waktu.

Nikmat bersifat fitri atau asasi itu digambarkan Allah dalam firman-Nya bermaksud : “Dan Tuhan melahirkan kamu dari perut ibumu tanpa mengetahui apa-apa pun. Dan (kemudian) diberinya kamu pendengaran, penglihatan dan hati kamu supaya kamu bersyukur – berterima kasih.” (surah an-Nahl, ayat 78).

Sesungguhnya manusia dilahirkan ke dunia dalam keadaan bertelanjang bulat, tetapi dilengkapi dengan alat diperlukan dalam perjuangan hidup ini.

Ayat diatas menyatakan kelengkapan itu adalah telinga, mata dan hati (akal).

Nikmat kedua, yaitu nikmat yang dianggap mendatang itu adalah nikmat segala kenikmatan, kelazatan, kebahagiaan dan sebagainya yang diterima manusia dalam perjalanan hidupnya.

Segala sesuatu yang ada dalam alam ini, bermula daripada tanaman sampailah kepada binatang ternakan dan barang logam, semuanya diperuntukan supaya dapat dimanfaatkan manusia.

Keadaan dan kenyataan itu dijelaskan Allah dengan firman-Nya yang bermaksud : “Dan sebagai tanda untuk mereka adalah bumi yang mati (kering), Kami hidupkan dan Kami keluarkan dari dalamnya buah tanam-tanaman sebahagiannya mereka makan. Dan Kami adakan padanya kebun kurma dan anggur. Dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air supaya mereka dapat makan buahnya. Semua itu bukanlah (hanya) usaha tangan mereka. Mengapa mereka tidak bersyukur.” (Surah Yasin, ayar 31 hingga 35).

Lumrahnya, seseorang manusia hanya menyadari nikmat yang dikaruniakan oleh Allah kepadanya apabila nikmat itu hilang atau terlepas daripadanya (dicabut Tuhan kembali).

Syukur dapat diartikan sebagai mengerti bahwa semua nikmat yang ada pada diri seseorang hamba, baik lahir atau batin, semuanya daripada Allah sebagai pemberian daripada-Nya.

Tanda seseorang itu bersyukur adalah apabila gembira wujudnya nikmat pada dirinya, yang melorongkan jalan untuk beramal ibadah dan mendekatkan diri kepada-Nya.

Orang yang bersyukur kepada Allah akan memperbanyakkan ucapan syukur dan terima kasih kepada-Nya. Mereka akan mengerjakan ketaatan kepada Allah dan akan membesarkan nikmatnya sekalipun nikmat itu kecil saja.

Sesungguhnya bersyukur kepada Allah adalah perbuatan wajib keatas setiap manusia. Ini jelas daripada firman-Nya bermaksud : “Syukurlah terhadap nikmat Allah jika kamu sungguh-sungguh menyembah kepada-Nya,: (Surah an-Nahl, ayat 144).

Sebagai umat Islam sewajarnya kita bersyukur dengan nikmat yang diberi Tuhan supaya kita dapat hidup dalam kehidupan Islam sebenar.

No comments: