Saturday, May 15, 2010

DZIKIR AL ASMA’UL HUSNA : SEBUAH TINJAUAN PSIKOLOGI

Dzikirullah Al Asma’ul Husna adalah suatu bentuk ibadah yang dilakukan dnegan jalan menyebut-nyebut, membaca, merenung dan menghayati nama-nama Allah dan maknanya, baik nama-nama tertentu (misalnya Al Ghafuuru, Al Lathiifu) maupun seluruh nama Allah yang banyaknya sembilan puluh sembilan itu.

Dzikir (Al Asma’ul Husna) adalah tindak-ibadah yang pada hakikatnya merupakan kegiatan rohaniah, yang juga memberi pengaruh pada kehidupan kejiwaan dan kesehatan jasmani. Dalam hal ini manfaat dzikirullah adalah kemungkinan terbina hubungan yang mantap antara hamba dengan Tuhan (Hablum Minallah) sedangkan timbulnya perasaan tenang dan tenteram merupakan salah satu manfaat (kejiwaan) diantara sekian banyak manfaat lainnya.

Penyebutan dan ingatan yang banyak pada Tuhan secara terus menerus dan penuh kekhidmatan (lihat Surah Al A’raaf ; 205) akan membiasakan hati sanubari kita untuk senantiasa merasa dekat dan akrab dengan Tuhan dan berkembang kecintaan mendalam kepada Allah SWT (Hubbullah). Secara psikologi, selain berkembang rasa cinta Tuhan dalam kawasan perasaan (effective domain) kita, juga dalam akam kesadaran (cognitive domain) kita akan berkembang keinsafan akan kehadiran Tuhan yang senantiasa mengetahui segala tindakan kita, baik yang terungkap maupun yang tersebunyi dalam relung hatinya.

Sehubungan dengan itu dzikir Al Asma’ul Husna yang justru menyebut-nyebut nama Allah yang sekaligus mengungkapkan juga sifat-sifat-Nya, diharapkan sekaligus menumbuhkan pengenalan dan pemahaman serta penghayatan akan sifat-sifat-Nya itu. Dalam hal ini pengamalan dzikir Al Asma’ul Husna selain memantapkan pemahaman mengenai Ketuhana dan memperkembangkan rasa cinta yang mendalam kepada dzat yang nama-Nya disebut-sebut dan diingat itu, juga diharapkan akan mendisiplinkan diri daalam melaksanakan perintah dan menghindari diri dari hal-hal yang tak dikehendaki-Nya serta akan menubuhkan makna hidupnya. Dengan demikian secara psikologi dzikir Al Asma’ul Husna akan memberikan dampak positif kepada kepribadian secara keseluruhan.


TATA CARA MELAKSANAKAN DZIKIR AL ASMA’UL HUSNA

Dasar-dasar pelaksanaan teknis dzikirullah difirmankan sendiri oleh Allah SWT dalam Surah Al A’raaf : 205 sebagai berikut :

“Dan sebutlah (Nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, diwaktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.”

Dari ayat tersebut diatas nyatalah bahwa pelaksanaan dzikir harus di dasari oleh kerendahan hati, menyebut-nyebut nama Allah di dalam hati (maksimal berbisik halus), dan dilakukan secara terus-menerus (continue) sebanyak-banyak.

Diperkuat juga oleh ayat lainnya dengan makna serupa yakni Surah Al A’raaf : 55, sebagai berikut :

“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan tadharru’ dan khufyah. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”

Tadharru’ adalah berlaku khusyuk, tenang dan merasa rendah berhadapan dengan dzat Allah SWT sedangkan khufyah adalah menyebut sesuatu dengan suara yang halus dan lembut.

Berdasarkan huraian diatas, kiranya dapat dikemukan tata cara yang sebaiknya diikuti dalam melaksanakan dzikirullah umumnya dan dzikir Al Asma’ul Husna pada khususnya.

1. Sebelum berdzikir membersihkan diri lebih dahulu.

2. Memasang niat dan iktikad yang baik untuk melaksanakan.

3. Memahami benar-benar makna Al Asma’ul Husna yang didzikirkan.

4. Dzikir dilakukan didalam hati, paling keras berbisik lembut, dengan dilandasi sikap ihsan dalam melakukan ibadah itu.

5. Berdzikir banyak-banyak, berkesinambungan, dan tidak lalai melakukannya.

6. Memilih waktu dan tempat yang menunjang kekhusyuk berdzikir, misalnya memilih tempat yang bersih, sunyi dan saat-saat makbul untuk berdoa.

Dengan memenuhi tata cara dan tertib berdzikir, terutama dengan senantiasa mengharapkan ridha-Nya, maka mudah-mudahan dengan izin-Nya juga melimpahkan rahmat Allah SWT dan fadhilah Al Asma’ul Husna kepada semua yang secara serius melaksanakan amal ibadah dzikirullah.

No comments: