Agar
kita rela menerima apa yang telah ditentukan oleh Allah SWT kepada kita, maka
didalam hal ini perlu kita mengetahui hakikat daripada takdir yang telah
ditentukan oleh Allah SWT kepada kita. Dengan demikian kita akan mengetahui
mana-mana akan ketentuan-ketentuan yang harus kita terima apa adanya, dan
ketentuan-ketentuan yang perlu untuk kita berusaha merubahnya. Didalam hal ini
ada dua takdir yang perlu kita ketahui yaitu:
TAKDIR MUBRAM
Yang dimaksud dengan takdir mubram
ialah qadha dan qadar yang tida dapat untuk dielakkan, ianya pasti terjadi pada
diri manusia sedangkan manusia tidak mempunyai kesempatan atau tidak ada
ikhtiar untuk memilihnya.
Sebagai contoh ialah, ketentuan
tentang jenis kelamin lelaki atau perempuan, terjadi hari kiamat, bila
seseorang itu meninggal dunia dan lain-lain. Sebagaimana firman Allah SWT yang
bermaksud :
“Tiap-tiap
umat mempunyai batas waktu, maka apabila telah datang waktunya mrekea tidak
dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat pula memajukannya”.
(Al-Araf: 34)
Contoh yang lain, seorang anak sudah
berjalan di tepi jalan dengan baik dan hati-hati. Dengan tidak disangka-sangka,
tiba-tiba ada kendaraan yang merempuhnya, sehingga anak tersebut tidak ada
kesempatan untuk menghindarkan diri. Yang demikian ini adalah takdir mubram,
karena tidak ada kesempatan bagi manusia berikhtiar untuk mengelak dari bahaya
tersebut.
Bagi orang yang sedang berjalan
dibawah sebatang pohon kayu, dan ia tidak menyangka bahwa ada dahan pohon kayu
tersebut yang mereput. Tiba-tiba saja dahan pohon kayu tersebut patah dan
menimpa kepalanya. Contoh yang demikian ini juga dinamai dengan takdir mubram,
terhadap nasib yang demikian ini, tidak dapat disalahkan kepada manusia.
TAKDIR
MU’ALLAQ
Yang dimaksudkan dengan takdir
mu’allaq adalah qadha dan qadar yang bergantung kepada ikhtiar seseorang, atau
usaha menurut kemampuan yang ada pada manusia.
Dalam menghadapi takdir ini, manusia
wajib berikhtiar atau berusaha mengikut kemampuannya merubah keadaan supaya
menjadi lebih baik menurut yang dikehendakinya. Dengan pertimbangan akal
fikirannya, manusia mencurahkan segala usahanya untuk mencapai cita-citanya
dengan melengkapi syarat-syarat kearah tercapainya tujuannya itu.
Tentu saja soal berhasil atau
tidaknya usaha tersebut adalah bergantung kepada pertolongan Allah SWT. Namun
hal ini tidak menjadiklan alasan untuk berputus asa, sebab berusaha dan
berikhtiar itu memang sudah menjadi kewajiban manusia.
Manusia yang mempunyai akal sehat
pasti berkeinginan untuk memecahkan segala masalah yang dihadapinya, berusaha
untuk menjawab tantangan yang menghalanginya. Hal ini merupakan sesuatu yang
biasa dalam kehidupan.
Bangsa yang dijajah akan berusaha
untuk merdeka. Orang yang terperosok dalam lumpur berusahan untuk naik ke
tempat yang kering. Orang yang sakit akan pergi berobat ke dokter supaya cepat
sembuh. Kesemuanya ini adalah suatu usaha manusia untuk merubah keadaannya yang
semula menuju kea rah yang lebih baik dan sempurna. Sebagaimana yang dijelaskan
oleh Allah SWT dalam firman-Nya yang bermaksud :
“Sesungguhnya
Allah tidak akan merubah keadaan (nasib) sesuatu bangsa sehingga bangsa itu
mahu merubah keadaan (nasib) mereka sendiri”. (Ar-Ra’d: 11).
No comments:
Post a Comment