Friday, November 12, 2010

KALIMAH SYAHADAH AKAR UMBI MUSLIM


Syahadah artinya pengakuan atau penyaksian. Setiap orang yang hendak memeluk Islam, terlebih dulu mesti mengucapkan dua Kalimah Syahadah. Orang Islam pula dituntut menyebutnya berulang kali dalam bacaan sholatnya.

Kalimah Syahadah bermaksud : “Aku naik saksi bahwa tiada Tuhan yang disembah melainkan Allah dan aku naik saksi bahwa Nabi Muhammad itu Rasul Allah.”

Pengakuan yang mula-mula dinamakan “Syahadah Tauhid”, manakala yang berikutnya dinamakan “Syahadah Rasul”. Kalimah ini bukan saja disebut dengan lidah, tetapi juga harus diyakinkan dalam hati dan diiringi dengan perbuatan segala yang terkandung dalam ajarannya.

Syarat-syarat mengucapkannya adalah :

· Mendahulukan Syahadat Tauhid daripada Syahadah Rasul.

· Memahami arti dan maksudnya dengan sebaik-baiknya.

· Meyakini maksud dan tujuannya.

· Menentang apa saja yang menyalahi maksudnya sama ada dengan hati atau perbuatannya.

Fardhu syahadah ada dua perkara, yaitu mengikrarkannya dengan lidah dan meyakininya dalam hati.

Orang Islam menyatakan kepercayaannya kepada Allah dan Rasul-Nya dengan mengucapkan dua Kalimah Syahadah. Apabila seseorang mengucapkan dua Kalimah Syahadah dengan kerelaan dan kepercayaannya, ia dikira sudah menganut Islam.

Syahadah adalah akar umbi kehidupan seorang Muslim. Ia mudah diucapkan dengan berterus terang. Pengucapannya ringkas saja, tetapi ia mempunyai pengertian yang amat luas.

Pengucapan Syahadah merangkumi dua bagian :

Bagian Pertama :

Orang Islam itu menerima dan mengakui Allah sebagai Tuhannya Yang Maha Esa. Ia juga mengakui Allah tidak ada sekutunya bagi-Nya, malah tiada siapapun yang dapat menyamai Zat, Sifat dan Perbuatan-Nya.

Allah Maha Esa dan Maha Tunggal, tiada tara-Nya. Ia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Ia serba cukup dan Maha Berkuasa.

Bagian Kedua :

Syahadah adalah pengakuan terhadap Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad adalah seorang manusia seperti kita juga. Baginda diputerakan di Makkah sekitar tahun 517M, yaitu lebih 14 abad lalu.

Ketika berusia 40 tahun, Allah melantik baginda menjadi Pesuruh-Nya. Allah mewahyukan kepada Nabi Muhammad SAW perutusan-Nya dan menyuruh baginda menyampaikannya pula kepada seluruh umat manusia supaya menyembah Allah – Tuhan Yang Mada Esa dan Tuhan yang sebenar-benarnya.

Pengakuan kita menerima Nabi Muhammad SAW selaku Rasulullah itu berarti mengiktiraf baginda sebagai hamba dan pesuruh-Nya.

Kita juga mengakui Nabi Muhammad menerima kitab Al-Quran daripada Allah untuk mengajar seluruh manusia bagaimana hendak hidup di dunia ini supaya menjadi hamba Allah yang sebenar-benarnya.

Kita tidak mungkin mentaati Allah tanpa mengikuti ajaran Rasul dan menerima pimpinan Nabi Muhammad SAW yang dilantik sebagai pesuruh-Nya. Hasil segala ajarannya yang baginda sampaikan, kita kini mengetahui mengenai Allah dan segala ajaran-Nya.

Nabi bukan saja menceritakan mengenai Islam, tetapi baginda sendiri mengamalkannya dengan cara yang amat baik. Dengan cara itu, Nabi dapat menunjukkan kepada kita perkara yang mesti dilakukan dalam hidup ini jika ingin menjadi hamba Allah yang sejati.

Sebagai orang Islam, kita diarahkan supaya mencontohi teladan yang ditinggalkan baginda karena perilaku baginda adalah contoh yang sangat baik untuk diikuti. Kita mesti menerima pimpinannya dan mesti taat kepada Rasul tanpa soal jawab dan ragu-ragu.

Kita mesti mencintai dan menghormati Rasulullah lebih daripada segala-galanya dan inilah maksud kepercayaan kita kepada Nabi.

Syahadah yaitu penyataan keimanan kita itu tidak sekadar pengakuan saja. Penyataan itu adalah sebagai satu kesaksian. Satu-satu Syahadah itu mempunyai makna yang paling penting dalam menyatakan kepercayaan kita terhadap Islam.

Setiap orang yang menjadi saksi mestilah seorang yang melihat kejadian yang berlaku – tidak mungkin ia menjadi saksi yang baik tanpa pengetahuan atau kepercayaan yang pasti. Berbekal pengakuan dan ikrar itu, kita mesti dapat membuktikan dengan kepercayaan yang teguh kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepercayaan kita mestilah benar.

Kita tidak sewajarnya melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kepercayaan kita dan pengakuan yang kita lafazkan. Itulah pengakuan dan ikrar kita yang mesti disaksikan dengan kepercayaan dan keyakinan yang tulus.

Sebagai hamba Allah yang sudah memberikan pengakuan dan penyaksian dengan benar dan jujur, kita hendaklah usahakan supaya kehidupan kita sejajar dengan kepercayaan yang diucapkan.



No comments: