Saturday, November 20, 2010

PUJI ALLAH, HINDARI SIFAT RIAK


Nabi Muhammad SAW mengingatkan umatnya berhubung empat perkara yaitu :

· Banyakkan menyebut nama Allah daripada menyebut makhluk

Sudah menjadi kebiasaan bagi kita menyebut atau memuji orang berbuat baik kepada kita sehingga kita terlupa nikmat itu dikaruniakan oleh Allah.

Kita sering terlupa memuji dan menyebut nama Allah SWT. Makhluk yang berbuat baik sedikit dipuji, tetapi nikmat yang terlalu banyak Allah berikan, kita terlupa.

Sebaik-baiknya, elok basahi lidah kita dengan memuji Allah setiap ketika, bukan ucapkan Alhamdulillah hanya apabila sudah kenyang saja. Pujian yang sebegini hanya dilidah saja, sedangkan tidak dihati.

Banyakkan menyebut akhirat daripada menyebut urusan dunia. Dunia terlalu sedikit berbanding dengan akhirat. Sesungguhnya 1,000 tahun di dunia adalah setimpal dengan ukuran masa sehari di akhirat.

Betapa kecilnya nisbah umur di dunia ini berbanding dengan akhirat. Nikmat dunia juga 1/100 daripada nikmat di akhirat. Begitu juga siksa dan kepayahan hidup didunia hanya 1/100 daripada siksa di akhirat.

· Banyakkan menyebut dan mengingat hal kematian daripada hal kehidupan

Kita sering memikirkan bekalan hidup ketika tua dan bersara, tetapi jarang memikirkan bekalan hidup ketika mati.

Memikirkan mati adalah sunnat karena dengan berbuat demikian kita menginsafi diri dan kekurangan amalan yang perlu dibawa ke akhirat.

Perjalanan yang jauh ke akhirat sudah tentu memerlukan bekalan yang amat banyak. Bekalan itu hendaklah dikumpulkan ketika hidup didunia ini. Dunia ibarat kebun akhirat.

Kalau kita tidak usahakan kebun dunia ini masakan dapat mengutip hasilnya di akhirat ?.

Dalam hubungan ini eloklah kita mencontohi sikap Saidina Ali. Walaupun sudah terjamin syurga, Saidina Ali masih mengeluh dengan hebat sekali tentang kurangnya amalan untuk dibawa ke akhirat yang jauh perjalanannya.

Betapa pula dengan diri kita yang kerdil dan bergelumang dosa ?

· Jangan menyebut kebaikan diri dan keluarga

Syaitan sentiasa hendak memerangkap kita dengan menyuruh atau membisikan kepada kita supaya sentiasa ingat atau menyebut kebaikan yang kita lakukan sama ada kepada diri sendiri, keluarga atau masyarakat.

Kebaikan yang dibuat, kita sebut selalu bak pepatah “ayam bertelur sebiji riuah sekampung”.

Kita terlupa dengan menyebut dan mengingatkan kebaikan kita itu sudah menimbulkan satu penyakit hati, yaitu ujub.

Penyakit ujub ibarat api dalam sekam yang boleh merusakkan pahala kebajikan yang kita buat.

Lebih dahsyat lagi, jika menimbulkan riak atau bangga diri. Allah memberi amaran sesiapa yang memakai sifat-Nya (riak) tidak mencium bau syurga.

Riak adalah satu unsur syirik (khafi). Oleh itu eloklah kita berhati-hati supaya menghindarkan diri daripada mengingat kebaikan diri kita kepada orang lain.

Kita perlu sadar perbuatan buat baik yang ada pada diri kita itu sebenarnya datang daripada Allah.

Allah yang menyuruh kita berbuat baik. Jadi kita patut bersyukur kepada Allah karena menjadikan kita orang baik, bukannya mendabik dada mengatakan kita orang baik.

Kita terlupa kepada Allah yang mengkaruniakan kebaikan itu.

· Jangan menyebut dan memperlihatkan keaiban atau memburukan diri orang lain

Kegelapan hati ditambah dengan rangsangan syaitan menyebabkan diri kita menyebut kesalahan dan kekurangan orang lain.

Kita terdorong melihat keaiban orang sehingga terlupa melihat keaiban dan kekurangan diri kita sendiri.

Islam menuntut kita melihat kekurangan diri supaya dengan cara itu kita dapat memperbaiki kekurangan diri.

Menuding jari mengatakan orang lain tidak betul sebenarnya memberi isyarat kita sendiri tidak betul.

Ibarat menunjuk jari telunjuk kepada orang, satu jari ke arah orang itu, tetapi empat lagi jari menudin ke arah diri kita.

Bermakna bukan orang itu yang buruk, malah diri kita lebih buruk daripadanya. Oleh karena itu, biasakan diri kita melihat keburukan diri kita sendiri dan bukannya keburukan orang lain.

No comments: