Friday, September 3, 2010

MAKSUD BATINIAH DALAM SHOLAT

Tumpukan pikiran pada ibadah, tolak segala godaan.

Pengertian batiniah yang menjadi keistimewaan kehidupan sholat itu amat banyak tetapi ia dapat disimpulkan kepada enam istilah yaitu : kehadiran hati, memahami artinya, memaha agungkan, ketakutan, pengharapan dan merasa malu.

Kehadiran hari bermaksud hati dikosongkan daripada segala perkara yang tiada hubungan atau tiada sangkut paut dengan amalan yang sedang dikerjakan yaitu sholat. Jangan sampai hati memikiran sesuatu yang tiada hubungannya.

Jadi, ilmu itu harus dengan perkataan dan hati, disertakan bersama-sama kedua-duanya manakala pikiran juga tidak lari dari pada dua perkara tersebut.

Memahami arti mempunyai pengertian yang mantap mengenai apa maksud perkataan yang diucapkannya. Ini adalah satu hal yang harus ada disebalik kehadiran hati yaitu merangkumi hati dan ilmu dengan pengertian lafaznya.

Lagipun cukup banyak pengertian halus yang dapat dipahami oleh seseorang ketika sholat dan ia dapat mencegahnya daripada berbuat kejahatan dan kemungkaran.

Memaha agungkan adalah disebalik kehadiran hati dan pengertian maknanya. Ini adalah tambahan kepada kedua ciri-ciri tersebut.

Ketakutan bermaksud melebihi daripada memaha agungkan karena memiliki pengertian takut atau takwa, yang bersumber daripada memaha agungkan dan memaha sucikan.

Pengharapan yaitu memiliki hati untuk merebut pahala yang dikaruniakan oleh Allah SWT dan sebagai imbangannya adalah takut kepada siksaan-Nya, sehingga tidak berlengah-lengah untuk melaksanakan sesuatu yang telah diperintahkan.

Perasaan malu pula lahir karena masih ada rasa bahwa dirinya kurang sempurna untuk mengerjakan segala perintah Allah SWT dan merasa bahwa masih ada dosa dalam dirinya.

Sebab enam jenis makna itu adalah :

Kehadiran hati :

Kehadiran hati itu berlaku karena perhatian yang mendalam terhadap apa yang sedang dilakukannya. Kita tentu paham bahwa hati akan mengikut saja kepada sesuatu yang menjadi perhatian kita.

Jadi, tidak mungkin hati itu akan hadir melainkan kalau sudah ada perhatian kepada sesuatu hal atau perkara. Maka apabila ada sesuatu hal yang menjadi perhatian kita, pasti kehadiran hati akan menjelma sama ada diusahakan, dikehendaki atau sebaliknya.

Apabila hati tidak “hadir” didalam sholat, tentulah itu tetap tidak duduk diam sebaliknya pasti memikiran sesuatu yang menjadi perhatiannya dan tentulah ia berkaitan dengan urusan keduniaan.

Memahami artinya :

Sesudah kehadiran hati lalu mengekalkan pikiran serta memusatkan sanubarinya untuk memahami apa yang tersirat didalam setiap doa atau ayat yang dibacanya.

Kelebihannya itu adalah terus memusatkan pikiran dan menumpukan perhatian untuk menolak segala godaan yang terlintas didalam kalbunya.

Cara menolaknya adalah dengan menghentikan dan memutuskan sumber wujudnya godaan yang menyebabkan timbulnya sebab yang mempengaruhi atau mengajak jiwa untuk memikirkan hal yang tidak berkaitan.

Memaha agungkan :

Ini adalah keadaan hati dan dapat disemai dengan adanya dua kemakrifatan yaitu makrifat kepada keagungan Allah serta kebesaran-Nya dan ini termasuk dalam salah satu daripada pelbagai dasar keimanan.

Selain itu makrifat terhadap kehinaan diri sendiri serta kerendahan manusia sebagai hamba. Selain itu, menyadari bahwa dirinya hanyalah seorang hamba Allah yang dapat ditakluk dan diperintah serta dikuasai sepenuhnya oleh Tuhannya.

Dua kemakrifatan itu akan menyebabkan lahirnya rasa tenang, tenteram serta khusyuk kepada Allah SWT.

Ketakutan dan ketakwaan :

Ini adalah keadaan jiwa dan dapat dirasakan dengan kemakrifatan terhadap kekuasaan Allah serta kebesaran pemerintahaan-Nya.

Sadar bahwa jika Allah merusakkan semua orang terdahulu dan semua orang pada masa akan datang, ia adalah daripada kerajaan-Nya. Oleh itu, semakin banyak tambahan ilmu mengenai Allah, semakin banyak ketakutan dan ketakwaannya.

Pengharapan :

Dengan adalahnya kemakrifatan mengenai kebenaran janji Allah untuk mengkaruniakan syurga hasil daripada menunaikan sholat.

Apabila keyakinan sedemikian sudah wujud dan janji kebenarannya juga sudah dipercaya, maka sudah pasti bahwa pengharapan itu akan lahir daripada keseluruhan jiwa raganya.

Malu :

Dengan adanya perasaan bahwa dirinya masih lalai dalam beribadat dan masih lemah untuk menunaikan keseluruhan hak Allah, maka akan lahirlah perasaan malu kepada Allah.

Perasaan malu akan menjadi lebih kuat serta kukuh apabila ada kemakrifatan mengenai kekurangan serta cacat cela dirinya.


No comments: