Friday, September 3, 2010

TINGGI NYA DERAJAT SEORANG IBU


Pada zaman pemerintahan Khalifah Umar Al-Khattab, satu keluarga miskin hidup dalam serba kekurangan. Tetapi berkat rajin berusaha, mereka menjadi kaya raya sehingga semua orang segan dan menghormati keluarga tersebut.

Malah, si ibu turut berbangga atas keberhasilan dan kejayaan anaknya yang kini menjadi saudagar. Pada suatu hari, si ibu kehabisan bekalan makanan lalu pergi ke rumah anaknya untuk mendapatkan sedikit makanan. Ketika itu, anaknya tiada dirumah dan hanya istrinya yang ada dirumah.

Si ibu terus menyatakan hasrat kepada menantunya tetapi berikutan wanita itu berpakaian kotor, istri saudagar tersebut tidak mengindahkan permintaan mertuanya dan orang tua itu dibiarkan keseorangan.

Dengan perasaan rendah diri, si ibu terus menanti anaknya pulang dari berdagang. Sebaik anaknya pulang, si ibu terus menyatakan hasratnya tetapi si istri kemudian menghalang dan berkata : “Kakanda!, ibumu selalu datang meminta itu dan ini. Dia memang suka melihat kita miskin. Saya sudah bosan dengan sikap ibu kakanda itu “.

Si ibu sungguh sedih dan geram mengenangkan sikap anak dan menantunya itu. Dia pulang ke rumahnya dengan membawa seribu satu kenangan yang tidak dapat dilupakan. Di sepanjang jalan, si ibu menangis sambil berkata : “ Anakku betapa susahnya ibu mengasuhmu dulu setiap hari, walaupun dalam keadaan miskin. Kenapa sekarang kau lupakan ibumu dan rela pula melihat ibumu mati kelaparan ?.”

Keesokan harinya, saudagar itu keluar berdagang lagi. Dalam perjalanan, dia dirompak oleh beberapa lelaki yang kemudian menyiksa saudagar itu dengan memotong kedua-dua kaki dan tangannya, mencungkil mata manakala semua barang dagangannya dirampas. Tidak berapa lama kemudian, beberapa orang saudagar lain melalui kawasan itu dan mereka terkejut melihat saudagar dalam keadaan mengerikan.

Kejadian yang belaku keatas saudagar berkenaan cepat tersebar luas dan diketahui oleh ibunya. Si ibu datang menziarahi anaknya walaupun perasaannya hancur atas perbuatan anak dan menantunya.

Sebaik saja di ibu masuk kerumah, saudagara tersebut terus meminta maaf diatas segala perbuatannya sebelum itu. Antara rayuannya : “Ibu maafkan anakmu. Kemarin anakmu menyakitkan hati ibu. Anakmu sadar bahwa nasib ini adalah karena perbuatan anakmu yang durhaka kepada ibu.”

Mendengar rintihan dan penyesalan itu, si ibu memaafkan anaknya karena jelas, kasih ibu sepanjang hayat.

Pada malam berkenaan, ketika orang lain sedang nyenyak dibuai mimpi, saudagar itu terjaga dari tidurnya. Alangkah terkejutnya dia apabila mendapati tubuhnya telah kembali sempurna seperti sedia kala. Kaki dan tangannya sudah pulih dan matanya dapat melihat semula.

Ketika itu juga dia mengejutkan ibunya yangsedang tidur untuk memberitahu apa yang berlaku keatas dirinya.

Dengan penuh kesyukuran, ibunya berkata : “Wahai anakku! Bersyukurlah kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah itu Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Allah menyayangi semua hamba-Nya yang berbakti kepada orang tuanya. Dan ketahuilah bahwa keridhaan Allah itu terletak kepada keridhaan orang tuanya. Apabila orang tua ridha kepada anaknya, tentulah Allah meridhainya. Sebaliknya, Allah akan murka jika orang tuanya murka anaknya.”

No comments: